Sindrom sarang kosong menyerang orang tua! Salam hangat, pembaca Obrolin Aja. Pastinya kalian pernah merasa rindu keluarga, teman, pacar, hewan peliharaan, bahkan film dan buku favorit kalian. Tapi tahukah kamu kalau orang tua bisa merindukan anaknya, bahkan sampai depresi?
Ini disebut penyakit sindrom sarang kosong atau empty nest syndrome, yang bisa terjadi pada siapa saja! Mari kita pelajari bersama supaya bisa mengatasinya, oke?
Empty Nest Syndrome (Sindrom Sarang Kosong) itu APA SIH???
Empty Nest Syndrome atau Sindrom Sarang Kosong adalah kondisi psikis (mental) di mana orang tua (baik ibu atau ayah) merasa sedih karena ditinggal anaknya yang keluar rumah setelah dewasa.
Alasan anak pergi bermacam-macam: kuliah, kerja, atau menikah. Intinya, sang anak tidak lagi ada di rumah dan itu membuat orang tua terpukul dan sulit menyesuaikan diri tanpa kehadiran mereka.
Mungkin sahabat Obrolin Aja merasa aneh membaca paragraf barusan, dan berkata:
“Nggak perlu sampai sesedih itu, kan?”
“Bukannya lebih enak, ngurangin kerjaan dan hemat biaya?”
“Kamu/kalian terlalu lebay, ah!”
Wah, tunggu. Jangan salah, ini adalah penyakit serius bagi orang tua, jangan disepelekan! Hubungan orang tua dan anak sangat kuat, tidak bisa berpisah begitu saja.
Mereka yang terkena sindrom ini merasa tertekan dan sedih, seolah hidup tak berarti. Wajar, sosok anak yang selama ini di rumah mendadak hilang, mengubah pola hidup selama ini.
Sindrom ini terutama banyak menyerang ibu rumah tangga, yang selalu beraktivitas di rumah dan melihat anak setiap hari. Rutinitas mengurus anak yang lenyap membuat mereka merasa tak dibutuhkan, tidak berguna, dan hampa.
Gejala Empty Nest Syndrome (Sindrom Sarang Kosong)
Hal terburuk dari empty nest syndrome adalah: sulit dikenali! Karena merasa wajar kalau sedih ditinggal anak, banyak orang tua tidak menyadari kalau mereka mengidap penyakit ini.
Supaya lebih cepat sadar, pelajari gejala sindrom sarang kosong berikut:
1. Merasa diri tidak berarti
2. Menangis dan bersedih secara berlebihan
3. Malas melakukan aktivitas sehari-hari, bahkan berhenti total
4. Tidak mau bertemu dengan teman dan kerabat
5. Lebih sering mengurung diri di rumah, walau tidak sakit
Kalau gejala di atas muncul di 2-3 bulan pertama anak keluar rumah, dan tidak setiap hari, itu wajar. Tapi kalau lebih dari setahun dan membahayakan kesehatan, segera pergi ke dokter psikolog!
Cara Mengatasi Empty Nest Syndrome (Sindrom Sarang Kosong)
Walau dokter psikolog akan membantu, solusi terbaik adalah dukungan dari pasangan, keluarga, dan teman terdekat! Berikut tips & triknya:
1. Curhat
Sangat mudah untuk terperangkap dalam rasa sedih kita sendiri. Bicarakan dengan pasanganmu, si doi pasti mengerti. Kalau kalian berdua mengalaminya, curhatlah ke saudara atau teman yang bisa dipercaya.
Bercerita akan meringankan beban pikiranmu dan menarik dukungan dari lingkungan sekitar.
2. Dukungan Teman dan Kerabat
Seperti disinggung sebelumnya, dukungan dari orang terdekat penting agar kamu tidak lagi merasa sedih. Habiskan waktu bersama pasangan, teman, atau kerabat agar tidak merasa kesepian.
3. Jalani Hobi
Pandanglah kepergian anak bukan sebagai akhir, tapi awal yang baru. Dengan waktu luang lebih banyak, kamu bisa menekuni hobi yang dulu tertunda dan bersenang-senang sesuai gayamu!
Kalau perlu, carilah kegiatan baru yang bisa memicu kreativitasmu!
4. Olahraga
Tidak perlu pergi ke gym atau senam se-RT, cukup lari pagi atau senam ringan hampir setiap hari. Dengan memeras keringat di luar rumah, kamu akan banyak terkena sinar matahari dan lebih sehat.
Rasa lelah fisik juga akan membuat pikiranmu lebih segar dan tidak sedih lagi.
Sekian artikel kami tentang sindrom sangkar kosong! Para ibu dan ayah, semangat ya. Pasti nggak enak rasanya sepi tanpa anak di rumah, tapi jangan lupa nanti bisa ketemu lagi.
Atau kalau kangen banget, sekali-sekali berkunjung saja! Pandemi? Vdeo call! Minta anak kalian pasangin kalau nggak ngerti, sekalian melepas rindu~ Orang tua dan anak selalu terhubung~
Mau menjaga hubungan keluarga tetap bahagia, walau terpisah jarak? Yuk belajar dari konselor Obrolin Aja~
Sumber: hellosehat.com
Comments